BUDIDAYA TERNAK ITIK ( Anas spp. )

Posted: April 5, 2011 in Uncategorized


 

1. SEJARAH SINGKAT

Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari

Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus

dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas

domesticus (ternak itik).

 

2. SENTRA PERIKANAN

Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika

Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim

tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau

Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten

Amuntai) dan Bali serta Lombok.

 

3. JENIS

Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan,

yaitu:

1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV

2000-INA;

2. Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;

3. Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call),

Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.

Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur

seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA

dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian

Ternak) Ciawi, Bogor.

 

4. MANFAAT

1. Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.

2. Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.

3. Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.

4. Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.

5. Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

 

 

 

5. PERSYARATAN LOKASI

Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi lokasi jauh dari

keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau

dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang kondusif

bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan

penggusuran dalam beberapa periode produksi.

 

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri, terutama dalam

hal pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu (1). Perkandangan; (2). Bibit

Unggul; (3). Pakan Ternak; (4). Tata Laksana dan (5). Pemasaran Hasil Ternak.

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1. Persyaratan temperatur kandang ± 39 ° C.

2. Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%

3. Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang

agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang

4. Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:

1. kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut

juga kandang box, dengan ukuran 1 m 2 mampu menampung 50

ekor DOD

2. kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang

Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok

3. kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa

kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga

berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter

persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor

itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).

5. Kondisi kandang dan perlengkapannya

Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup

sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa

tempat makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain

yang bermaksud positif dalam managemen

2. Pembibitan

Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang

telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.

1. Pemilihan bibit dan calon induk

Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik

adalah sebagai berikut :

1. membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya

2. memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk

mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok,

ayam atau mesin tetas

3. membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal

mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas

peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak

sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.

2. Perawatan bibit dan calon induk

1. Perawatan Bibit

Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya

ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun

penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan

pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam brooder

adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar

secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m²

mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan dan tempat

minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater

dan

minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.

2. Perawatan calon Induk

Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur

konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan

keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk

produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1

jantan untuk 5 – 6 ekor betina.

3. Reproduksi dan Perkawinan

Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan

telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan

sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating/pakan

itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara

alami).

3. Pemeliharaan

1. Sanitasi dan Tindakan Preventif

Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan

preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk

mewaspadai timbulnya penyakit.

2. Pengontrol Penyakit

Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan

tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.

3. Pemberian Pakan

Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–

8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27

minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik

(secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi

pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:

1. umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder)

2. umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai

3. umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.

4. umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama

secara pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan

produksi bertelur sampai produksi mencapai 5%. Setelah itu

pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).

Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya

baik tempat ransum sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti

jagung, bekatul, tepung ikan, tepung tulang, bungkil feed suplemen.

Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu :

5. umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin

dan mineral, tempatnya asam seperti untuk anak ayam.

6. umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum

diberikan secara ad libitum (terus menerus)

7. umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang

dengan ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300

ekor. Tiap hari dibersihkan.

4. Pemeliharaan Kandang

Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar

produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.

 

 

 

 

7. HAMA DAN PENYAKIT

Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:

1. penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan

protozoa

2. penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana

perkandangan yang kurang tepat

Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:

1. Penyakit Duck Cholera

Penyebab: bakteri Pasteurela avicida.

Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.

Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat

daging dada dengan dosis sesuai label obat.

2. Penyakit Salmonellosis

Penyebab: bakteri typhimurium.

Gejala: pernafasan sesak, mencret.

Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui

pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air

minum, dosis disesuaikan dengan label obat.

 

8. PANEN

1. Hasil Utama

Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik

2. Hasil Tambahan

Hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran

ternak sebagai pupuk tanam yang berharga

 

9. PASCAPANEN

Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan

maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan

pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan

selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk.

Adapun perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:

1. Pengawetan dengan air hangat

Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling

sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.

2. Pengawetan telur dengan daun jambu biji

Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur

selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna

menjadi kecoklatan seperti telur pindang.

3. Pengawetan telur dengan minyak kelapa

Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna

kulit telur dan rasanya tidak berubah.

4. Pengawetan telur dengan natrium silikat

Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna,

jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga

telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan

merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.

5. Pengawetan telur dengan garam dapur

Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25-40%

selama 3 minggu.

 

 

 

 

 

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya itik di Semarang tahun 1999 adalah sebagai berikut:.

1. Permodalan

1. Modal kerja

􀂃 Anak itik siap telur um 6 bl 36 paketx500 ek x Rp 6.000

====== Rp 108.000.000,-

􀂃 Biaya kelancaran usaha dan lain-lain

==================== Rp 4.000.000,-

2. Modal Investasi

􀂃 Kebutuhan kandang 36 paket x Rp 500.000,-

============= Rp 18.000.000,-

Jumlah kebutuhan modal : Rp 130.000.000,-

Prasyaratan kredit yang dikehendaki:

􀂃 Bunga (menurun) 20% /tahun

􀂃 Masa tanggung angsuran 1 tahun

􀂃 Lama kredit 3 tahun

2. Biaya-biaya

1. Biaya kelancaran usaha dan lain-lain

======================= Rp 4.000.000,-

2. Biaya tetap

􀂃 Biaya pengambalian kredit:

􀂃 Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun I

============ Rp 14.723.000,-

􀂃 Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun II

=========== Rp 86.125.000,-

􀂃 Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun III

========== Rp 73.125.000,-

􀂃 Biaya penyusutan kandang:

􀂃 biaya penyusutan kandang tahun I

================== Rp 3.600.000,-

􀂃 biaya penyusutan kandang tahun II

================== Rp 3.600.000,-

􀂃 biaya penyusutan kandang tahun III

================= Rp 3.600.000,-

3. Biaya tidak tetap

1. Biaya pembayaran ransum:

􀂃 biaya ransum tahun I

============================== Rp 245.700.000,-

􀂃 biaya ransum tahun II

============================== Rp 453.600.000,-

􀂃 biaya ransum tahun III

============================= Rp 453.600.000,-

2. Biaya pembayaran itik siap produksi:

􀂃 pembayaran tahun I

=============================== Rp 108.000.000,-

􀂃 pembayaran tahun II –

􀂃 pembayaran tahun III –

3. Biaya pembayaran obat-obatan:

􀂃 biaya pembayaran obat-obatan tahun I

================== Rp 2.457.000,-

􀂃 biaya pembayaran obat-obatan tahun II

================= Rp 4.536.000,-

􀂃 biaya pembayaran obat-obatan tahun III

================= Rp 4.436.000,-

( Biaya obat-obatan adalah 1% dari biaya ransum)

4. Pendapatan

1. Penjualan telur tahun I ================================

Rp 384.749.920,-

2. Penjualan telur tahun II ===============================

Rp 615.600.000,-

3. Penjualan telur tahun III ===============================

Rp 615.600.000,-

4. Penjualan itik culling 2 x 1.425 x Rp 2.000,- =================

Rp 5.700.000,-

2. Gambaran Peluang Agribisnis

Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan

keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat

besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihat

bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi negara pengekspor

terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditi yang menjanji

untuk dikembangkan secara intensif.

 

Tinggalkan komentar